MANUSKRIP PERJANJIAN BARU
Pewahyuan Firman Tuhan,
otoritas Alkitab, kanonisasi, infalibilitas dan ineransi Alkitab perlu
dimengerti dengan benar. Banyaknya pandangan yang salah tentang doktrin Alkitab
dapat membuat kehidupan Kristen menjadi terombang-ambing, bahkan bisa tersesat.
Alkitab itu infallible, artinya memiliki
otoritas yang absolut dan tidak bercacat, tidak akan gagal dalam setiap
penghakiman dan pernyataannya, dan setiap pengajarannya tidak dapat digugat
bersalah, tidak menyesatkan dan tidak dapat dikontradiksikan serta disangkal
kebenarannya. Alkitab itu innerant,
artinya memiliki kualitas yang bebas dari kesalahan (error-free). Berdasarkan keyakinan tentang infalibilitas dan
ineransi Alkitab, saya perlu menyampaikan tentang salinan naskah Perjanjian
Baru terlebih dahulu, supaya pembahasan ayat-ayat berikutnya tidak salah dipahami.
Informasi berikut ini merupakan sebuah saduran dari The Bible’s Manuscript Evidence dari sumber website: www.debate.org.uk.
Sebuah tambahan informasi yang akan sangat memperkaya diktat Eksegese
Perjanjian Baru yang sudah saya susun untuk para mahasiswa STT Bethany
Surabaya. Saya berharap tidak ada lagi keraguan terhadap autentisitas Alkitab.
Salinan Naskah Perjanjian Baru
Alkitab itu awalnya
terdiri dari naskah-naskah. Akibatnya sarana utama untuk memastikan
kredibilitas Alkitab adalah jumlah salinan dari naskah-naskah yang saat ini
dalam kepemilikan pihak-pihak tertentu. Semakin banyak salinan yang kita miliki
semakin baik kita dapat membandingkan antara mereka dan dengan demikian
mengetahui apakah dokumen yang sekarang kita baca sesuai dengan aslinya. Hal
ini sama seperti saksi sebuah peristiwa. Jika kita hanya memiliki satu saksi sebuah
peristiwa, ada kemungkinan bahwa saksi menambahkan atau mengurangi secara
berlebihan esensi peristiwa tersebut sehingga kita tidak akan pernah tahu
kebenaran sepenuhnya. Tetapi jika kita memiliki banyak saksi, kemungkinan bahwa
mereka semua keliru menjadi sangat kecil.
Salinan-salinan dokumen
historis jaman kuno sangat sedikit ditemukan, misalnya hingga sat ini hanya
ditemukan 8 salinan karya Herodotus yang aslinya ditulis sekitar tahun 480-425
SM, hanya 5 salinan dari tulisan Aristoteles yang ditemukan, 20 salinan dari sejarawan
Tacitus dan 7 salinan dari sejarawan Pliny yang aslinya ditulis pada abad
pertama (McDowell, 1972:42). Ini sangat sedikit. Sangat jauh berbeda dengan
jumlah salinan Perjanjian Baru: ada
5.300 salinan manuskrip (tulisan tangan) Perjanjian Baru dalam bahasa
Yunani, 10.000 dalam bahasa Latin Vulgata, dan 9.300 versi terjemahan kuno
(MSS). Jadi, ada lebih dari 24.000 salinan manuskrip Perjanjian Baru yang masih
ada hingga sekarang. Walaupun tidak ada lagi yang asli, kita dapat
membandingkan salinan-salinan tersebut, sehingga kita dapat menggambarkan atau
menyusun sedekat mungkin dengan dokumen aslinya.
Ada dugaaan dari non
Kristen tentang jauhnya waktu antara manuskrip-manuskrip tersebut dengan
peristiwa yang sesungguhnya dapat menimbulkan peredaksian naskah. Kenyataan
menunjukkan bahwa selain penulisan kitab Wahyu dan tiga surat Yohanes yang
ditulis kemudian, tidak ada satupun dokumen Perjanjian Baru yang ditulis
melebihi tahun 80 M atau sekitar 50 tahun setelah kematian Yesus. Kemungkinan
besar naskah-naskah Perjanjian Baru kebanyakan ditulis sebelum runtuhnya
Yerusalem pada tahun 70 M, dan kemungkinan sebelum terbakarnya kota Roma (64
M). Apabila ditulis setelah penganiayaan orang-orang Kristen tentunya akan
muncul dalam tulisan-tulisan Injil, sebab merupakan peristiwa besar yang
terjadi dalam komunitas iman yang masih awal.
Logika yang sama ini dapat
diambil lebih lanjut. Ambil contoh kemartiran dari Yakobus tahun 62 M, Paulus
tahun 64 M, dan Petrus tahun 65 M. Mereka semua adalah para pemimpin di gereja yang
baru lahir, sehingga kematian mereka merupakan peristiwa penting bagi
masyarakat Kristen awal. Namun kita tidak temukan ada kematian sebagaimana dimaksud
dalam salah satu dari 27 kitab dari Perjanjian Baru yang dikanonisasi (dan
secara signifikan tidak ada juga dalam Kisah Para Rasul, catatan sejarah yang
paling komprehensif yang kita miliki tentang gereja mula-mula).
Sebuah kritik lebih lanjut
menyangkut apakah salinan yang kita miliki itu kredibel. Karena kita tidak
memiliki dokumen asli, orang bertanya, bagaimana kita bisa yakin mereka identik
dengan aslinya? Jawaban awal adalah bahwa kita tidak akan pernah benar-benar
yakin, karena tidak ada sarana yang kita miliki untuk mereproduksi aslinya. Masalah
ini juga terjadi pada semua dokumen kuno yang kita kenal. Namun pertanyaan yang
sama ini jarang diajukan secara terus-menerus pada naskah-naskah sejarah lainnya.
Jika mereka dianggap kredibel, mari kita lihat bagaimana Perjanjian Baru dibandingkan
dengan naskah-naskah sejarah sekular.
Ada beberapa sejarawan
dari dunia kuno yang karya-karyanya cukup populer. Thucydides, yang menulis
Sejarah Perang Peloponnesia, hidup dari 460 SM sampai 400 SM. Hampir segala
sesuatu yang kita tahu tentang perang berasal dari sejarah. Namun, salinan
paling awal dari setiap naskah karya Thucydides bertanggal sekitar 900 M atau 1.300
tahun kemudian! Sejarawan Romawi Suetonius hidup antara tahun 70 sampai 140 M.
Namun salinan paling awal dari bukunya The
Twelve Caesars bertanggal sekitar tahun 950 atau 800 tahun kemudian. Grafik
di bawah ini mengungkapkan kesenjangan waktu karya-karya dari dunia kuno yang dibandingkan
dengan naskah Perjanjian Baru yang paling awal (McDowell, 1972:42 dan Bruce,
1943:16-17)
Author
|
Date Written
|
Earliest Copy
|
Time Span
|
Copies (extent)
|
Secular Manuscripts:
|
||||
Herodotus (History)
|
480 – 425 BC
|
900 AD
|
1,300 years
|
8
|
Thucydides (History)
|
460 – 400 BC
|
900 AD
|
1,300 years
|
?
|
Aristotle (Philosopher)
|
384 – 322 BC
|
1,100 AD
|
1,400 years
|
5
|
Caesar (History)
|
100 – 44 BC
|
900 AD
|
1,000 years
|
10
|
Pliny (History)
|
61 – 113 AD
|
850 AD
|
750 years
|
7
|
Suetonius (Roman History)
|
70 – 140 AD
|
950 AD
|
800 years
|
?
|
Tacitus (Greek History)
|
100 AD
|
1,100 AD
|
1,000 years
|
20
|
Biblical Manuscripts: (note: these
are individual manuscripts)
|
||||
Magdalene Ms (Matthew 26)
|
1st century
|
50-60 AD
|
co-existant (?)
|
|
John Rylands (John)
|
90 AD
|
130 AD
|
40 years
|
|
Bodmer Papyrus II (John)
|
90 AD
|
150-200 AD
|
60-110 years
|
|
Chester Beatty Papyri (N.T.)
|
1st century
|
200 AD
|
150 years
|
|
Diatessaron by Tatian (Gospels)
|
1st century
|
200 AD
|
150 years
|
|
Codex Vaticanus (Bible)
|
1st century
|
325-350 AD
|
275-300 years
|
|
Codex Sinaiticus (Bible)
|
1st century
|
350 AD
|
300 years
|
|
Codex Alexandrinus (Bible)
|
1st century
|
400 AD
|
350 years
|
|
(Total New Testament manuscripts = 5,300 Greek MSS,
10,000 Latin Vulgates, 9,300 others = 24,000 copies)
(Total MSS compiled prior to 600 AD = 230)
|
Karena pentingnya diskusi
kita di sini, maka catatan khusus perlu diberikan kepada Manuskrip Magdalena
yang disebutkan di atas. Sampai dua tahun lalu, diasumsikan naskah tertua yang
kita miliki adalah papirus Yohanes (P52), yang disimpan di museum John Rylands
di Manchester, dan bertanggal 130 M. Dengan demikian, gugurlah asumsi bahwa naskah
Perjanjian Baru yang paling awal tidak memiliki saksi mata peristiwa. Asumsi
yang sekarang telah berubah, karena tiga naskah: Injil Matius, Markus dan Lukas
kini telah dapat diberi tanggal lebih awal dari tulisan Yohanes. Ini adalah dua
dari tiga temuan yang akan mengubah seluruh fokus perdebatan kritis pada
keaslian Alkitab.
Penemuan yang paling signifikan
adalah fragmen naskah dari kitab Matius (pasal 26) yaitu Manuskrip Magdalena yang
telah dianalisis oleh Dr Carsten Thiede, dan juga ditulis dalam bukunya The Jesus Papyrus. Dr Carsten Thiede menggunakan
analisis canggih tulisan tangan dari fragmen dengan menggunakan mikroskop
khusus state-of-the-art, yang membedakan
antara 20 lapisan mikrometer terpisah dari papirus, lalu mengukur tinggi dan
kedalaman tinta serta sudut stylus yang digunakan oleh juru tulis. Setelah
analisis ini Thiede mampu membandingkannya dengan papirus lain dari periode
itu; terutama naskah yang ditemukan di Qumran (58 M), yang lain di Herculaneum
(tanggal sebelum 79 M), yang jauh dari benteng Masada (tanggal antara 73/74 M),
dan akhirnya papirus dari kota Mesir Oxyrynchus. Fragmen Manuskrip Magdalena
cocok dengan keempatnya, dan pada kenyataannya hampir kembar dengan papirus yang
ditemukan di Oxyrynchus, yang menyandang tanggal 65/66 M. Thiede menyimpulkan
bahwa fragmen papirus ini dari Injil Matius yang ditulis paling lambat tanggal tersebut
dan mungkin sebelumnya. Hal itu menunjukkan bahwa kita memiliki baik sebagian
dari Injil Matius yang asli maupun salinan langsung yang ditulis oleh saksi
mata peristiwa itu yang masih hidup. Fragmen ini menjadi bagian salinan naskah tertua
Alkitab kita yang ada sekarang, salah satu yang mendukung tulisan dari penulis
asli!
Hal lebih penting yang dikatakan
dalam fragmen Matius 26 yaitu penggunaan sacra
nomina (nama-nama suci) seperti "IS" untuk Yesus dan
"KE" untuk Kurie atau Tuhan (The
Times, Saturday, December 24, 1994). Fakta ini sangat penting untuk diskusi
kita hari ini, karena menunjukkan bahwa ketuhanan Yesus sudah diakui
berabad-abad sebelum diterima sebagai doktrin gereja resmi dalam konsili Nicea
tahun 325 M. Jika terbukti benar maka dokumen ini benar-benar akan menghapuskan
kritik yang dilontarkan terhadap Injil (seperti oleh "Yesus Seminar")
bahwa murid-murid awal tidak tahu apa-apa tentang keilahian Kristus, dan tentang
dugaan bahwa konsep keilahian Yesus adalah redaksi kemudian yang dikenakan oleh
komunitas Kristen di abad kedua M.
Versi atau Terjemahan
Selain 24.000 manuskrip,
kita memiliki lebih dari 15.000 eksemplar berbagai versi yang ditulis dalam
bahasa Latin dan Siria (Christian Aramaic), beberapa di antaranya ditulis awal
tahun 150 Masehi, seperti Peshitta Syria (150-250 Masehi). Karena Kekristenan
adalah iman misionaris sejak awal (Matius 28: 19-20), tidak heran jika kitab
suci segera diterjemahkan ke dalam bahasa yang dikenal dari periode itu. Untuk
itu terjemahan tertulis lainnya muncul segera setelah itu, seperti terjemahan
Koptik (awal 3 dan abad ke-4), Armenia (400 M), Gothic (abad ke-4), Georgia
(abad ke-5), Ethiopia (abad ke-6), dan Nubian (abad ke-6). Fakta bahwa hari ini
kita memiliki begitu banyak terjemahan Perjanjian Baru yang memiliki
keseragaman, maka sangat mustahil jika para pengikut Kristus yang kemudian mengubah
isi Alkitab. Jika asumsi bahwa Alkitab sudah mengalami peredaksian oleh
generasi berikutnya, maka akan berhadapan juga dengan ribuan terjemahan yang
tersebar di berbagai wilayah dan berbagai bahasa.
Leksionari
Praktik pembacaan ayat-ayat dari
kitab Perjanjian Baru di kebaktian dimulai dari abad ke-6. Hingga hari ini kita
memiliki 2.135 leksionaris yang telah dikatalogkan dari periode abad ke-6. Jika
terjadi pemalsuan, maka semuanya juga akan berubah.
Kutipan Bapa-bapa Gereja
Pengesahan terbesar bagi otoritas
Perjanjian Baru adalah banyaknya kutipan yang diambil oleh bapa-bapa gereja mula-mula. Dean Burgon dalam
penelitiannya menemukan 86.489 kutipan dari para bapa gereja mula-mula (McDowell,
1990:47-48; 1991:52). Bahkan, ada 32.000 kutipan dari Perjanjian Baru ditemukan
dalam tulisan-tulisan sebelum Konsili Nicea tahun 325 AD (Mcdowell, Evidence, 1972:52). J. Harold Greenlee mengungkapkan
bahwa melalui kutipan dari kitab suci dalam karya para penulis gereja mula-mula
yang begitu luas, kita dapat merekonstruksi Perjanjian Baru tanpa menggunakan manuskrip
Perjanjian Baru.
Dengan demikian jumlah bukti naskah yang
kita miliki saat ini lebih dari 24.000 manuskrip yang menguatkan Perjanjian
Baru saat ini. Salinan (manuskrip) mula-mula telah bertanggal lebih awal
dari 60-70 Masehi, sehingga seumur dengan penulis asli. Kita juga memiliki
15.000 terjemahan awal Perjanjian Baru, dan lebih dari 2.000 leksionari, serta kutipan
kitab suci dalam surat-surat dari bapa-bapa Gereja mula-mula yang melaluinya
kita hampir bisa mereproduksi Perjanjian Baru. Semua ini merupakan bukti
manuskrip substansial untuk Perjanjian Baru.
gbu bu dwi...
BalasHapus