Jumat, 08 Juli 2016

Benarkah Ada Ayat-ayat yang Hilang dari Alkitab?

BENARKAH ADA AYAT-AYAT YANG HILANG DARI ALKITAB? 

Beberapa waktu lalu salah seorang teman meminta agar menyebarkan ayat-ayat Perjanjian Baru yang diduga “dihilangkan” oleh Alkitab terjemahan bahasa Inggris NIV, misalnya Matius 17:21; 18:11; 23:14; Markus 7:16; 9:44, 46; Lukas 17:36; 23:17, Yohanes 5:4; Kisah Para Rasul 8:37. Isu ini sebenarnya pernah dikemukakan dalam sebuah meme facebook Erica Campbell, seorang musisi wanita dari aliran contemporary gospel music. Erica Campbel (11 Juli 2015) mengklaim bahwa 45 ayat lengkap dan 64.575 kata telah dihapus dari New International Version Bible (NIV) - dibandingkan dengan versi lain, seperti King James Bible (KJV) - oleh penerbit HarperCollins. 


Berikut ini saya mencoba untuk menampilkan tanggapan dari penerbit Alkitab NIV: HarperCollins. Pembaca yang ingin membaca sendiri dalam bahasa Inggris dapat merujuk ke http://www.snopes.com/niv-removed-bible-verses/: 

Meskipun benar bahwa pengaturan dan terjemahan dari beberapa ayat yang disajikan dalam Alkitab NIV berbeda dari yang ditemukan dalam King James Bible atau versi lain dari kitab suci, fenomena itu tidak menunjukkan upaya menghilangkan ayat-ayat dari Alkitab oleh HarperCollins (yang membeli Alkitab NIV dari penerbit asli, Zondervan, pada tahun 1988). 

Tentu saja, tidak ada satu pun "Alkitab yang asli" [ingatlah, autograf atau tulisan asli penulis sudah tidak ditemukan]. Apa yang sekarang kita kenal sebagai Alkitab adalah kompilasi dari berbagai manuskrip yang ditulis dalam waktu dan tempat yang berbeda, semua tunduk pada liku-liku (vagary-perubahan yang tidak terduga dan tidak dapat dijelaskan) dari variasi dan terjemahan (dan keputusan editorial, sebagian besar telah dibuat pada masa lampau, tentang material yang dipertimbangkan sebagai Alkitabiah dan yang tidak): 

Karena apa yang kita miliki adalah salinan dari begitu banyak naskah, tidak ada satu lokasi pun di mana "Alkitab yang asli" berada. Teks Alkitab yang paling sering digunakan oleh para sarjana dan penerjemah adalah komposisi yang tersusun dari naskah kuno tertua dan paling dapat diandalkan. Naskah-naskah kuno ini disimpan di beberapa museum dan tempat-tempat lain di seluruh dunia.

Tapi bagaimana dengan terjemahan teks ini ke dalam bahasa Inggris? Apakah secara akurat mereproduksi teks aslinya – yang pertama kali ditulis dalam bahasa Ibrani, Aram, dan Yunani? Karena teks-teks kuno yang kita gunakan setuju untuk perluasan sedemikian luar biasa, tugas kita adalah untuk menempatkan teks asli ini ke dalam bahasa Inggris yang sangat baik.

Hal ini membantu menjelaskan mengapa ada begitu banyak variasi dalam terjemahan bahasa Inggris. Sepuluh penerjemah dilatih melihat teks Yunani yang sama, kemungkinan akan datang dengan sepuluh penafsiran yang sedikit berbeda, dan masing-masing akan memiliki alasan untuk kata-kata dan frase tertentu pilihan-nya. Bagaimanapun, bahasa Inggris bukanlah bahasa mati. Bahasa itu hidup dan terus berubah. Jadi jangan berharap bahwa tidak akan ada terjemahan bahasa Inggris lebih lanjut. Penerjemah terus mempelajari teks kuno untuk menemukan nuansa yang tepat dan bayangan maknanya dalam bahasa Inggris hari ini untuk mengungkapkan apa yang dimaksudkan Allah untuk disampaikan.

Tugas terjemahan tidaklah sederhana. Untuk menemukan makna yang tepat dalam bahasa Inggris modern dari frasa, dan kalimat Ibrani kuno, Aram, dan Yunani, itu sangat menantang. Kadang-kadang kata-kata asli tidak memiliki mitra yang tepat dalam bahasa Inggris, sehingga beberapa kata bahasa Inggris mungkin diperlukan untuk mereproduksi makna yang tepat. Dan bahasa Inggris terus berubah, karena beberapa dari kata-kata kita mengambil makna baru.

Banyak perbedaan struktur yang dapat ditemukan antara Alkitab NIV dan King James Bible (dan versi lain dari Alkitab). Zondervan telah menjelaskan bahwa mereka telah berusaha untuk menunjukkan perbedaan melalui penggunaan catatan kaki, antara ayat-ayat yang ada dalam naskah tertua yang masih ada dari bahan Alkitab (yang tidak diketahui pada saat terjemahan King James disiapkan) dan ayat-ayat yang hanya muncul di naskah kemudian: 

Sering kali, pembaca akan menemukan apa yang mereka anggap " ayat-ayat yang hilang " dalam Alkitab NIV mereka. Ayat-ayat ini, bagaimanapun, tidak benar-benar hilang. Mereka dimasukkan dalam catatan kaki pada halaman yang sama dari Alkitab dimana bagian yang "hilang" itu terletak. Selama proses penerjemahan NIV Bible, para penerjemah NIV mendapati bahwa beberapa ayat tidak ditemukan dalam naskah-naskah tertua atau paling dapat diandalkan. Sebagian besar naskah ini ditemukan setelah King James Version pertama kali diterjemahkan, sekitar 400 tahun yang lalu. Ketika ayat-ayat yang dimaksud tidak dapat diverifikasi oleh naskah-naskah yang lebih dapat diandalkan atau lebih tua, penerjemah NIV memindahkannya ke catatan kaki untuk mencerminkan akurasi yang lebih besar.

Para penerjemah King James Version menggunakan manuskrip terbaik yang tersedia pada tahun 1611. Untungnya, banyak manuskrip yang lebih tua telah ditemukan dan dievaluasi secara hati-hati oleh para sarjana, dengan kesimpulan bahwa naskah yang lebih tua itu lebih handal. Hal ini telah memberikan penerjemah modern sebuah akses yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi naskah lebih dekat dari segi waktu ke dokumen asli. Beberapa "ayat-ayat hilang " telah disebutkan tidak ditemukan di dalam naskah tertua dan paling dapat diandalkan yang oleh penerjemah modern sertakan atau rujuk dalam catatan kaki. Para penerjemah King James Version menggunakan sumber daya terbaik yang tersedia untuk mereka pada waktu itu dan pada masanya, [dan] terjemahan King James merupakan prestasi monumental. Tidak ada doktrin iman Kristen terpengaruh oleh perbedaan antara King James Version dan naskah-naskah yang diterjemahkan, [atau oleh] terjemahan modern berikutnya dari sumber yang lebih dapat diandalkan.

Yakinlah bahwa NIV Bible Anda sangat akurat, dapat dipercaya dan diandalkan. Informasi tambahan tentang proses penerjemahan dan penggunaan catatan kaki terletak di Pendahuluan dari NIV Bible Anda. Jika Anda memiliki pertanyaan lain, silakan beritahu kami.

Editor NIV menekankan bahwa terjemahan mereka disiapkan oleh komite mandiri (Committee on Bible Translation) yang terdiri dari 15 sarjana, bukan oleh penerbit itu sendiri: 

Proses penerjemahan NIV adalah sebuah pemeriksaan yang ketat dan seimbang. Tim terjemahan adalah badan mandiri, yang berarti tidak ada penerbit atau entitas komersial dapat memberitahu mereka bagaimana menerjemahkan Alkitab. Anggota komite mewakili sejumlah denominasi yang membantu untuk memastikan terjemahan bebas dari bias teologis.

Memang benar, bagaimanapun, bahwa tidak semua orang senang dengan perubahan yang dibuat bagi NIV dalam beberapa tahun terakhir, dan beberapa orang merasa ini merupakan alasan keuangan. 

Demikianlah sanggahan dari Harpercollins atas tuduhan Erica Campbell yang telah menyebar ke berbagai media sosial. Apabila kita telusuri asal mula isu, nampaknya kita harus kembali ke abad 19. Sebuah perdebatan tidak perlu tentang perbedaan terjemahan telah dihembuskan seolah terjemahan yang satu hendak mendiskreditkan yang lainnya. Terjemahan bahasa Inggris KJV dipandang tidak mengandung kesalahan sama sekali apabila dibandingkan dengan terjemahan modern. 

Perlu diketahui ada kelompok Kristen “King James Version only” yang memegang pandangan bahwa Alkitab KJV itu tanpa salah (error free) apabila dibandingkan versi terjemahan modern lainnya. Faktanya, salinan-salinan naskah tulisan tangan (manuscript) tidak luput dari kesalahan baik disengaja atau tidak, termasuk KJV. Tulisan saya ini tidak bermaksud untuk memperdebatkan pandangan KJV only, tetapi untuk secara jujur dan rendah hati mengakui dan mengimani bahwa sesuai janji-Nya Allah akan terus memelihara firman-Nya (Yes 40:8; 1 Ptr 1:23,25; Mat 5:18). Memang terbukti demikianlah Allah telah memeliharanya hingga kini. Alkitab adalah buku abadi dalam sejarah manusia yang sudah mengalami penelitian, pembuktian, dan pengujian. Walaupun ada perbedaan dalam versi-versi terjemahan Alkitab, bahkan cemooh dari orang-orang yang tidak percaya Alkitab adalah firman Allah, kita tetap dapat meyakini secara pasti bahwa firman Allah terus terpelihara dalam kekekalan. 

Berikut ini mari kita melihat sejarah terjemahan Alkitab bahasa Inggris KJV dan Perjanjian Baru Yunani terbitan Wescott dan Hort. Setidaknya kita bisa lebih bijak menyikapi isu-isu yang beredar. 

Para penulis Perjanjian Baru menulis dalam bahasa Yunani Koine, bahasa yang umum digunakan orang-orang di abad pertama Masehi. Edisi Alkitab Bahasa Inggris pertama kali belum diproduksi sampai John Wycliffe memroduksinya di abad keempat belas. Dia menerjemahkan dari versi Latin Vulgata yang paling banyak digunakan pada saat itu. 

Langkah besar berikutnya dalam pengembangan Alkitab bahasa Inggris adalah terjemahan Tyndale dari Perjanjian Baru yang diterbitkan tahun 1526, sedangkan beberapa bagian dari Perjanjian Lama diterbitkan kemudian. Versi Tyndale sangat signifikan karena diterjemahkan dari Perjanjian Baru bahasa Yunani yang terakhir diterbitkan dan bukan dari Vulgata. 

Setelah Tyndale, sejumlah versi lain diproduksi. Di antaranya adalah the Coverdale Bible, the Matthews Bible, the Great Bible, the Geneva Bible, dan the Bishops' Bible. Pada tahun 1611 King James Version diterbitkan untuk memberikan sebuah Alkitab yang dapat digunakan oleh kelompok Anglikan maupun Puritan. Catatan pinggir yang mencerminkan bias teologis tertentu dihapus, dan bahasa yang digunakan adalah bahasa yang umum digunakan orang-orang pada saat itu. 

Perjanjian Baru Yunani yang sebelumnya hanya berupa naskah-naskah tulisan tangan pertama kali dicetak pada tahun 1516 dan diedit oleh Erasmus, seorang sarjana Belanda. Erasmus memiliki tidak lebih dari enam naskah kuno Yunani (sekarang kita memiliki lebih dari 24.000 naskah). Naskah-naskah ini adalah bagian dari apa yang disebut sebagai keluarga teks Bizantium. Teks Yunani Erasmus dicetak ulang oleh orang lain termasuk Robert Estienne yang membagi teks ke ayat-ayat. Theodore Beza kemudian membangun atas dasar karya Estienne ini, dan teks Yunaninya merupakan salah satu fondasi utama untuk King James Bible. Istilah Textus Receptus, atau Received Text, berasal dari uraian dalam teks Yunani lain yang diproduksi pada awal abad ketujuh belas oleh Elzevir bersaudara. 

Di antara ribuan manuskrip Yunani ditemukan sejumlah perbedaan-perbedaan (meskipun tidak ada yang menimbulkan efek doktrinal). Manuskrip-manuskrip Yunani tertentu pun didapati cukup kesamaan sehingga mereka diyakini berasal dari sumber yang sama. Masing-masing kelompok ini disebut keluarga teks atau jenis-teks (text-type). Ada empat keluarga teks yang umumnya disepakati oleh para sarjana. Manuskrip yang digunakan untuk menghasilkan Textus Receptus (dan kemudian King James Version) adalah dari keluarga Bizantium. Tiga keluarga teks lain pada umumnya disepakati oleh para ahli yaitu Aleksandria, Kaisarea, dan Barat.[1]

Perdebatan mendasar di antara para sarjana dalam hal kontroversi King James vs versi modern lebih kepada pertanyaan dari keluarga teks Yunani manakah yang paling akurat. Manakah dari empat keluarga teks yang paling akurat mewakili apa yang penulis Perjanjian Baru tulis? Teks Bizantium adalah teks Yunani yang dominan beredar dari sekitar abad kedelapan sampai akhir abad kesembilan belas.[2]  Pada tahun 1881 (270 tahun setelah penerbitan Alkitab KJV) dua sarjana bernama Westcott dan Hort menerbitkan Perjanjian Baru Yunani yang lebih mengandalkan keluarga teks lain dari pada keluarga teks Bizantium. Teks Yunani mereka menjadi dasar dari bagian Perjanjian Baru terjemahan Alkitab modern. 

Westcott dan Hort mengevaluasi manuskrip Yunani dari Perjanjian Baru sesuai dengan prinsip-prinsip kritik tekstual. Ini adalah ilmu yang mempelajari teks-teks kuno. Berdasarkan studi mereka, mereka berpendapat bahwa teks Bizantium bukanlah yang paling dekat dengan tulisan-tulisan asli sebagaimana pendukung King James akui. Tampaknya teks Bizantium memiliki pembacaan gabungan dari keluarga teks lain, dan beberapa bacaan tampaknya telah dimodifikasi untuk kejelasan dan pemahaman yang lebih besar. 

Westcott dan Hort tidak menemukan bukti yang jelas tentang keberadaannya dalam tulisan-tulisan para bapa gereja mula-mula, dan tidak ada rujukan salinan yang lebih tua dari abad keempat. Mereka yang setuju dengan Westcott dan Hort percaya bahwa teks Bizantium yang diproduksi pada abad keempat mungkin dalam upaya untuk memberikan gereja sebuah Perjanjian Baru (pada masa itu ada sejumlah teks Yunani yang berbeda yang digunakan). Di sisi lain, keluarga teks lain tampaknya memiliki pembacaan lebih asli dan dikutip oleh para Bapa Gereja mula-mula, dan dengan demikian lebih dekat dengan aslinya. Jadi, kesimpulan yang diambil dari penerapan kritik tekstual selain pertimbangan usia naskah, Westcott dan Hort percaya bahwa teks Yunani yang paling akurat dapat ditemukan dengan mempertimbangkan semua keluarga teks Yunani yaitu keluarga Aleksandria. [3]   

Pendukung teks Bizantium atau Received Text menjawab bahwa tidak pantas menggunakan metode studi naturalistik seperti kritik teks Kitab Suci. Mereka mengatakan bahwa sejumlah penemuan telah mengangkat manusia atas Allah dalam menentukan apa yang Alkitab katakan.[4]  Mereka juga berpendapat bahwa sejumlah besar naskah Bizantium seiring dengan sejarah berabad-abad di balik keluarga teks ini tidak boleh disisihkan atas dasar beberapa temuan manuskrip baru-baru ini. Mereka bersikeras bahwa Roh Allah tidak akan membiarkan firman-Nya tertidur begitu lama sementara gereja sedang dipandu oleh teks yang lebih rendah. Alkitab adalah Firman Allah yang unik. Seseorang mengawali dengan keyakinan Alkitab adalah wahyu Allah, kemudian menerima apa yang dikatakannya.  
Sebaliknya para pengikut Westcott-Hort mengatakan bahwa kita tidak bisa menutup mata pada kenyataan tentang adanya perbedaan antara berbagai naskah kuno Yunani, bahkan dalam keluarga Bizantium sekalipun. Mereka yang percaya pada ineransi Alkitab mengakui bahwa tulisan-tulisan asli dari Perjanjian Baru yang tanpa salah, bukan salinan-salinannya. Tanggung jawab kitalah untuk menerapkan prinsip-prinsip yang paling logis yang kita tahu untuk menentukan apa yang dikatakan dalam manuskrip asli. Ini adalah tujuan dari kritik teks. 

Jadi, bagaimana cara kerja kritik teks? Perbedaan antara manuskrip Yunani disebut varian. Ada beberapa penyebab varian. Beberapa kesalahan tidak sengaja terjadi, seperti kata-kata yang salah eja atau berulang atau terbalik kata-kata. Beberapa kesalahan karena juru tulis tidak mendengar dikte dengan benar. Ada pula perubahan yang tampaknya sengaja dibuat untuk membawa ayat-ayat di Injil yang berbeda ke dalam harmoni atau untuk membuat titik doktrin yang lebih jelas. 

Banyaknya varian bacaan naskah salinan Perjanjian Baru dari sebuah teks terkadang menimbulkan pertanyaan tentang naskah manakah yang mendekati asli. Tidak dipungkiri pula bahwa berbagai varian tersebut seringkali menjadi bahan perdebatan para sarjana. Varian bacaan sesungguhnya adalah wujud ketidaksempurnaan manusia dalam melakukan proses penyalinan. Dalam website alkitab.sabda.org disebutkan bahwa naskah-naskah tidak terlepas dari 'kerusakan' akibat perjalanan waktu dan kelemahan kodrat manusia. Yg terakhir inilah yg menimbulkan masalah terbanyak. Tapi kesalahan-kesalahan penyalin dan penulis kelihatannya terjadi dalam alur yg dapat ditentukan dengan jelas. Di antara kesalahan umum itu terdapat: haplografi (yaitu alpa mengulangi suatu huruf atau kata); ditografi (yaitu mengulangi apa yg sebetulnya hanya satu kali saja); ingatan yg salah (akan suatu bg yg serupa atau akan naskah yg lain); homoeoteleuton (yaitu hilangnya suatu kalimat di antara kata-kata yg sama); hilangnya suatu baris (kadang-kadang karena homoeoteleuton); tercampur-aduknya huruf-huruf yg serupa bentuknya; tersisipkannya catatan samping ke dalam tubuh naskah. Penelitian berupa perbandingan naskah dapat membantu menghilangkan kesilapan itu. Keunggulan jumlah di sini tidaklah menentukan: beberapa contoh dari pola dasar yg sama bobotnya bisa sama dengan hanya satu contoh. Bentuk penerusan naskah dari generasi yg satu ke generasi yg lain dilukiskan secara paling baik seperti silsilah, dan kenyataan dari hubungan-hubungan tradisi itu dapat dikenakan kepada penelitian dan penilaian akan bukti bagi setiap bacaan tertentu. [sich!] [5]

Ahli Perjanjian Baru J. Harold Greenlee mencatat bahwa, sehubungan dengan Alkitab, "Tidak ada doktrin Kristen... tergantung pada teks yang diperdebatkan."[6]  Konflik ini tidak memberikan umpan bagi pengkritik Kristen yang mungkin bertanya bagaimana kita bisa tahu apa yang Alkitab benar-benar katakan. Kita dapat yakin bahwa kita memiliki teks yang sangat akurat, terutama mengingat jumlah yang besar dari naskah Perjanjian Baru yang ditemukan dan berusia kuno.[7]  Seperti salah satu penulis katakan, "Penting untuk diingat bahwa tubuh utama dan arti umum dari teks tidak tersentuh... kritik tekstual itu sepeti kaca pembesar yang membuat kejelasan dari beberapa rincian."[8] 

Pada bagian akhir ini, saya berharap bahwa para pembaca sekalian menanggapi secara bijak dan bahkan berusaha meneliti kebenaran isu terlebih dahulu dahulu sebelum turut menyebarkan postingan yang bisa jadi akan meresahkan umat Kristen. Tidak ada ayat-ayat Alkitab yang hilang, yang ada hanyalah perbedaan cara memahami sumber naskah bahasa asli yang menjadi acuan dan penempatannya pada edisi terjemahan bahasa sasaran. Oleh karenanya perlu adanya upaya kritik teks untuk mengumpulkan serpihan-serpihan agar nampak keindahan Alkitab seutuhnya. Kritik teks harus menggunakan semua sumber daya yang tersedia, baik dari keluarga teks Bizantium maupun dari keluarga teks lainnya, untuk menentukan manakah yang dikatakan dokumen asli. Selain itu saya hanya bisa menyarankan: janganlah sesama pengikut Kristus mencari persoalan-persoalan yang tidak perlu sebab perdebatan tentang varian yang kemudian mengarah pada perdebatan terjemahan tidaklah berpengaruh signifikan terhadap tema penting dari Alkitab maupun terhadap doktrin utama Alkitab tentang: kehidupan, kematian, kebangkitan dan kenaikan Yesus Kristus; tentang surga dan neraka; tentang keselamatan hanya di dalam nama Yesus Kristus; maupun doktrin lainnya. Kita tidak harus mendirikan dinding antara umat Kristen atas dasar versi-versi Alkitab. Kita mungkin juga harus memperhatikan nasihat Paulus kepada Titus (Titus 3:9), LAI: “Tetapi hindarilah persoalan yang dicari-cari dan yang bodoh, persoalan silsilah, percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat, karena semua itu tidak berguna dan sia-sia belaka.” KJV: “But avoid foolish questions, and genealogies, and contentions, and strivings about the law; for they are unprofitable and vain.” NIV: “But avoid foolish controversies and genealogies and arguments and quarrels about the law, because these are unprofitable and useless.”

_____
[1] F.F. Bruce, The Books and the Parchments 3d ed., (Westwood, NJ: Revell, 1963), 185.
[2] J. Harold Greenlee, Introduction to New Testament Textual Criticism (Grand Rapids: Eerdmans, 1964), 61-62.
[3] D.A. Carson, The King James Version Debate: A Plea for Realism (Grand Rapids: Baker, 1979), 41.
[4] Edward F. Hills, "The Magnificent Burgon," in Which Bible?, 5th ed., David Otis Fuller, ed. (Grand Rapids: Grand Rapids International Publications, 1975), 101-105.
[5] Pembaca dapat lebih rinci mempelajarinya dari http://alkitab.sabda.org/dictionary.php?word=NASKAH%20DAN%20TERJEMAHAN.
[6] Greenlee, 68.
[7] Selain studi tentang naskah kuno Yunani, juga tersedia untuk leksionari kuno, berbagai terjemahan ke dalam bahasa lain, dan tulisan-tulisan para bapa gereja awal. Lihat Greenlee, hlm. 44-58.
[8] Ibid., 17.

Minggu, 03 Juli 2016

Manuskrip Perjanjian Baru

MANUSKRIP PERJANJIAN BARU

            Sebelum membahas tentang ayat 2 Injil Markus yang telah menimbulkan perbedaan simpulan para pakar, saya teringat dengan diskusi singkat dengan beberapa teman Kristen di kelas tentang banyaknya salinan Perjanjian Baru. Menurut salah seorang teman: dengan adanya fakta bahwa terdapat perbedaan di antara salinan-salinan tersebut, bukankah hal ini menunjukkan Alkitab mengandung kesalahan? Oleh karena naskah asli sudah tidak ditemukan, maka realibitas Perjanjian Baru diragukan. Benarkah asumsi demikian?
            Pewahyuan Firman Tuhan, otoritas Alkitab, kanonisasi, infalibilitas dan ineransi Alkitab perlu dimengerti dengan benar. Banyaknya pandangan yang salah tentang doktrin Alkitab dapat membuat kehidupan Kristen menjadi terombang-ambing, bahkan bisa tersesat. Alkitab itu infallible, artinya memiliki otoritas yang absolut dan tidak bercacat, tidak akan gagal dalam setiap penghakiman dan pernyataannya, dan setiap pengajarannya tidak dapat digugat bersalah, tidak menyesatkan dan tidak dapat dikontradiksikan serta disangkal kebenarannya. Alkitab itu innerant, artinya memiliki kualitas yang bebas dari kesalahan (error-free). Berdasarkan keyakinan tentang infalibilitas dan ineransi Alkitab, saya perlu menyampaikan tentang salinan naskah Perjanjian Baru terlebih dahulu, supaya pembahasan ayat-ayat berikutnya tidak salah dipahami. Informasi berikut ini merupakan sebuah saduran dari The Bible’s Manuscript Evidence dari sumber website: www.debate.org.uk. Sebuah tambahan informasi yang akan sangat memperkaya diktat Eksegese Perjanjian Baru yang sudah saya susun untuk para mahasiswa STT Bethany Surabaya. Saya berharap tidak ada lagi keraguan terhadap autentisitas Alkitab.


Salinan Naskah Perjanjian Baru

            Alkitab itu awalnya terdiri dari naskah-naskah. Akibatnya sarana utama untuk memastikan kredibilitas Alkitab adalah jumlah salinan dari naskah-naskah yang saat ini dalam kepemilikan pihak-pihak tertentu. Semakin banyak salinan yang kita miliki semakin baik kita dapat membandingkan antara mereka dan dengan demikian mengetahui apakah dokumen yang sekarang kita baca sesuai dengan aslinya. Hal ini sama seperti saksi sebuah peristiwa. Jika kita hanya memiliki satu saksi sebuah peristiwa, ada kemungkinan bahwa saksi menambahkan atau mengurangi secara berlebihan esensi peristiwa tersebut sehingga kita tidak akan pernah tahu kebenaran sepenuhnya. Tetapi jika kita memiliki banyak saksi, kemungkinan bahwa mereka semua keliru menjadi sangat kecil.
            Salinan-salinan dokumen historis jaman kuno sangat sedikit ditemukan, misalnya hingga sat ini hanya ditemukan 8 salinan karya Herodotus yang aslinya ditulis sekitar tahun 480-425 SM, hanya 5 salinan dari tulisan Aristoteles yang ditemukan, 20 salinan dari sejarawan Tacitus dan 7 salinan dari sejarawan Pliny yang aslinya ditulis pada abad pertama (McDowell, 1972:42). Ini sangat sedikit. Sangat jauh berbeda dengan jumlah salinan Perjanjian Baru: ada  5.300 salinan manuskrip (tulisan tangan) Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani, 10.000 dalam bahasa Latin Vulgata, dan 9.300 versi terjemahan kuno (MSS). Jadi, ada lebih dari 24.000 salinan manuskrip Perjanjian Baru yang masih ada hingga sekarang. Walaupun tidak ada lagi yang asli, kita dapat membandingkan salinan-salinan tersebut, sehingga kita dapat menggambarkan atau menyusun sedekat mungkin dengan dokumen aslinya.
            Ada dugaaan dari non Kristen tentang jauhnya waktu antara manuskrip-manuskrip tersebut dengan peristiwa yang sesungguhnya dapat menimbulkan peredaksian naskah. Kenyataan menunjukkan bahwa selain penulisan kitab Wahyu dan tiga surat Yohanes yang ditulis kemudian, tidak ada satupun dokumen Perjanjian Baru yang ditulis melebihi tahun 80 M atau sekitar 50 tahun setelah kematian Yesus. Kemungkinan besar naskah-naskah Perjanjian Baru kebanyakan ditulis sebelum runtuhnya Yerusalem pada tahun 70 M, dan kemungkinan sebelum terbakarnya kota Roma (64 M). Apabila ditulis setelah penganiayaan orang-orang Kristen tentunya akan muncul dalam tulisan-tulisan Injil, sebab merupakan peristiwa besar yang terjadi dalam komunitas iman yang masih awal.
            Logika yang sama ini dapat diambil lebih lanjut. Ambil contoh kemartiran dari Yakobus tahun 62 M, Paulus tahun 64 M, dan Petrus tahun 65 M. Mereka semua adalah para pemimpin di gereja yang baru lahir, sehingga kematian mereka merupakan peristiwa penting bagi masyarakat Kristen awal. Namun kita tidak temukan ada kematian sebagaimana dimaksud dalam salah satu dari 27 kitab dari Perjanjian Baru yang dikanonisasi (dan secara signifikan tidak ada juga dalam Kisah Para Rasul, catatan sejarah yang paling komprehensif yang kita miliki tentang gereja mula-mula).
            Sebuah kritik lebih lanjut menyangkut apakah salinan yang kita miliki itu kredibel. Karena kita tidak memiliki dokumen asli, orang bertanya, bagaimana kita bisa yakin mereka identik dengan aslinya? Jawaban awal adalah bahwa kita tidak akan pernah benar-benar yakin, karena tidak ada sarana yang kita miliki untuk mereproduksi aslinya. Masalah ini juga terjadi pada semua dokumen kuno yang kita kenal. Namun pertanyaan yang sama ini jarang diajukan secara terus-menerus pada naskah-naskah sejarah lainnya. Jika mereka dianggap kredibel, mari kita lihat bagaimana Perjanjian Baru dibandingkan dengan naskah-naskah sejarah sekular.
            Ada beberapa sejarawan dari dunia kuno yang karya-karyanya cukup populer. Thucydides, yang menulis Sejarah Perang Peloponnesia, hidup dari 460 SM sampai 400 SM. Hampir segala sesuatu yang kita tahu tentang perang berasal dari sejarah. Namun, salinan paling awal dari setiap naskah karya Thucydides bertanggal sekitar 900 M atau 1.300 tahun kemudian! Sejarawan Romawi Suetonius hidup antara tahun 70 sampai 140 M. Namun salinan paling awal dari bukunya The Twelve Caesars bertanggal sekitar tahun 950 atau 800 tahun kemudian. Grafik di bawah ini mengungkapkan kesenjangan waktu karya-karya dari dunia kuno yang dibandingkan dengan naskah Perjanjian Baru yang paling awal (McDowell, 1972:42 dan Bruce, 1943:16-17)

Author
Date Written
Earliest Copy
Time Span
Copies (extent)
Secular Manuscripts:
Herodotus (History)
480 – 425 BC
900 AD
1,300 years
8
Thucydides (History)
460 – 400 BC
900 AD
1,300 years
?
Aristotle (Philosopher)
384 – 322 BC
1,100 AD
1,400 years
5
Caesar (History)
100 – 44 BC
900 AD
1,000 years
10
Pliny (History)
61 – 113 AD
850 AD
750 years
7
Suetonius (Roman History)
70 – 140 AD
950 AD
800 years
?
Tacitus (Greek History)
100 AD
1,100 AD
1,000 years
20
Biblical Manuscripts: (note: these are individual manuscripts)
Magdalene Ms (Matthew 26)
1st century
50-60 AD
co-existant (?)

John Rylands (John)
90 AD
130 AD
40 years

Bodmer Papyrus II (John)
90 AD
150-200 AD
60-110 years

Chester Beatty Papyri (N.T.)
1st century
200 AD
150 years

Diatessaron by Tatian (Gospels)
1st century
200 AD
150 years

Codex Vaticanus (Bible)
1st century
325-350 AD
275-300 years

Codex Sinaiticus (Bible)
1st century
350 AD
300 years

Codex Alexandrinus (Bible)
1st century
400 AD
350 years

(Total New Testament manuscripts = 5,300 Greek MSS, 10,000 Latin Vulgates, 9,300 others = 24,000 copies)
(Total MSS compiled prior to 600 AD = 230)
                       
            Karena pentingnya diskusi kita di sini, maka catatan khusus perlu diberikan kepada Manuskrip Magdalena yang disebutkan di atas. Sampai dua tahun lalu, diasumsikan naskah tertua yang kita miliki adalah papirus Yohanes (P52), yang disimpan di museum John Rylands di Manchester, dan bertanggal 130 M. Dengan demikian, gugurlah asumsi bahwa naskah Perjanjian Baru yang paling awal tidak memiliki saksi mata peristiwa. Asumsi yang sekarang telah berubah, karena tiga naskah: Injil Matius, Markus dan Lukas kini telah dapat diberi tanggal lebih awal dari tulisan Yohanes. Ini adalah dua dari tiga temuan yang akan mengubah seluruh fokus perdebatan kritis pada keaslian Alkitab.
          
      Papirus Lukas, terletak di perpustakaan di Paris telah bertanggal akhir abad ke-1 atau awal abad ke-2, sehingga mendahului papirus Yohanes, 20-30 tahun sebelumnya. Namun yang lebih penting adalah temuan naskah Markus dan Matius! Penelitian baru yang sekarang telah ditemukan oleh Dr. Carsten Thiede, dan diterbitkan dalam bukunya yang baru dirilis pada pokok bahasan, the Jesus Papyrus, menyebutkan sebuah fragmen dari kitab Markus ditemukan di antara gulungan Qumran (fragmen 7Q5). Fragmen menunjukkan bahwa waktu penulisan sebelum 68 M. Penting untuk diingat bahwa kematian Kristus (sekitar 33 M), sehingga naskah ini mungkin ditulis, paling lambat, dalam waktu 35 tahun dari kematian-Nya; mungkin sebelumnya, dan dengan demikian selama ini bahwa saksi mata peristiwa itu masih hidup!
            Penemuan yang paling signifikan adalah fragmen naskah dari kitab Matius (pasal 26) yaitu Manuskrip Magdalena yang telah dianalisis oleh Dr Carsten Thiede, dan juga ditulis dalam bukunya The Jesus Papyrus. Dr Carsten Thiede menggunakan analisis canggih tulisan tangan dari fragmen dengan menggunakan mikroskop khusus state-of-the-art, yang membedakan antara 20 lapisan mikrometer terpisah dari papirus, lalu mengukur tinggi dan kedalaman tinta serta sudut stylus yang digunakan oleh juru tulis. Setelah analisis ini Thiede mampu membandingkannya dengan papirus lain dari periode itu; terutama naskah yang ditemukan di Qumran (58 M), yang lain di Herculaneum (tanggal sebelum 79 M), yang jauh dari benteng Masada (tanggal antara 73/74 M), dan akhirnya papirus dari kota Mesir Oxyrynchus. Fragmen Manuskrip Magdalena cocok dengan keempatnya, dan pada kenyataannya hampir kembar dengan papirus yang ditemukan di Oxyrynchus, yang menyandang tanggal 65/66 M. Thiede menyimpulkan bahwa fragmen papirus ini dari Injil Matius yang ditulis paling lambat tanggal tersebut dan mungkin sebelumnya. Hal itu menunjukkan bahwa kita memiliki baik sebagian dari Injil Matius yang asli maupun salinan langsung yang ditulis oleh saksi mata peristiwa itu yang masih hidup. Fragmen ini menjadi bagian salinan naskah tertua Alkitab kita yang ada sekarang, salah satu yang mendukung tulisan dari penulis asli!
            Hal lebih penting yang dikatakan dalam fragmen Matius 26 yaitu penggunaan sacra nomina (nama-nama suci) seperti "IS" untuk Yesus dan "KE" untuk Kurie atau Tuhan (The Times, Saturday, December 24, 1994). Fakta ini sangat penting untuk diskusi kita hari ini, karena menunjukkan bahwa ketuhanan Yesus sudah diakui berabad-abad sebelum diterima sebagai doktrin gereja resmi dalam konsili Nicea tahun 325 M. Jika terbukti benar maka dokumen ini benar-benar akan menghapuskan kritik yang dilontarkan terhadap Injil (seperti oleh "Yesus Seminar") bahwa murid-murid awal tidak tahu apa-apa tentang keilahian Kristus, dan tentang dugaan bahwa konsep keilahian Yesus adalah redaksi kemudian yang dikenakan oleh komunitas Kristen di abad kedua M.


Versi atau Terjemahan
            Selain 24.000 manuskrip, kita memiliki lebih dari 15.000 eksemplar berbagai versi yang ditulis dalam bahasa Latin dan Siria (Christian Aramaic), beberapa di antaranya ditulis awal tahun 150 Masehi, seperti Peshitta Syria (150-250 Masehi). Karena Kekristenan adalah iman misionaris sejak awal (Matius 28: 19-20), tidak heran jika kitab suci segera diterjemahkan ke dalam bahasa yang dikenal dari periode itu. Untuk itu terjemahan tertulis lainnya muncul segera setelah itu, seperti terjemahan Koptik (awal 3 dan abad ke-4), Armenia (400 M), Gothic (abad ke-4), Georgia (abad ke-5), Ethiopia (abad ke-6), dan Nubian (abad ke-6). Fakta bahwa hari ini kita memiliki begitu banyak terjemahan Perjanjian Baru yang memiliki keseragaman, maka sangat mustahil jika para pengikut Kristus yang kemudian mengubah isi Alkitab. Jika asumsi bahwa Alkitab sudah mengalami peredaksian oleh generasi berikutnya, maka akan berhadapan juga dengan ribuan terjemahan yang tersebar di berbagai wilayah dan berbagai bahasa.


Leksionari
            Praktik pembacaan ayat-ayat dari kitab Perjanjian Baru di kebaktian dimulai dari abad ke-6. Hingga hari ini kita memiliki 2.135 leksionaris yang telah dikatalogkan dari periode abad ke-6. Jika terjadi pemalsuan, maka semuanya juga akan berubah.

Kutipan Bapa-bapa Gereja
            Pengesahan terbesar bagi otoritas Perjanjian Baru adalah banyaknya kutipan yang diambil oleh  bapa-bapa gereja mula-mula. Dean Burgon dalam penelitiannya menemukan 86.489 kutipan dari para bapa gereja mula-mula (McDowell, 1990:47-48; 1991:52). Bahkan, ada 32.000 kutipan dari Perjanjian Baru ditemukan dalam tulisan-tulisan sebelum Konsili Nicea tahun 325 AD (Mcdowell, Evidence, 1972:52). J. Harold Greenlee mengungkapkan bahwa melalui kutipan dari kitab suci dalam karya para penulis gereja mula-mula yang begitu luas, kita dapat merekonstruksi Perjanjian Baru tanpa menggunakan manuskrip Perjanjian Baru.
          

            Dengan demikian jumlah bukti naskah yang kita miliki saat ini lebih dari 24.000 manuskrip yang menguatkan Perjanjian Baru saat ini. Salinan (manuskrip) mula-mula telah bertanggal lebih awal dari 60-70 Masehi, sehingga seumur dengan penulis asli. Kita juga memiliki 15.000 terjemahan awal Perjanjian Baru, dan lebih dari 2.000 leksionari, serta kutipan kitab suci dalam surat-surat dari bapa-bapa Gereja mula-mula yang melaluinya kita hampir bisa mereproduksi Perjanjian Baru. Semua ini merupakan bukti manuskrip substansial untuk Perjanjian Baru.

Jumat, 01 Juli 2016

Markus 1:1

INJIL MARKUS 


Penulis: Yohanes Markus, anak Maria, sepupu Barnabas. Ia adalah rekan sekerja para rasul yang disebutkan dalam tulisan-tulisan Paulus dan Lukas (Kis. 12:12, 25; 15:37,39; Kol. 4:10; 2 Tim. 4:11; Flm. 1:24).

Tahun penulisan: Antara 57 - 63 Masehi.

Tema: Skopus dan tujuan kitab terlihat dari isinya. Di dalam Injil Markus, Yesus digambarkan sebagai Pekerja Agung daripada sebagai Guru Agung. Dialah Hamba Allah yang telah dinubuatkan oleh Zakharia (Za. 3:8) dan Yeremia (Yer. 33:15). Ayat kuncinya adalah Markus 10:45. Ciri khas kata yang sering muncul adalah "segera" (Yun. euthus). Tidak ada silsilah disebutkan dalam Injil Markus. Bagaimanapun siapa yang akan tertarik dengan silsilah seorang hamba? Karakter Kristus yang khas sebagai seorang hamba tercatat dengan jelas dalam Filipi 2:6-8. Bahan referensi pendahuluan untuk mempelajari Injil Markus dengan tema Hamba Allah dapat dibaca dari Yesaya 42:1-21; 50:4-11; 52:13-53:12; Zakharia 3:8; Filipi 2:5-8.


Markus 1:1 
Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah.
Archē  {BEGINNING} tou  {OF THE} euangeliou {GLAD TIDINGS}  Iēsou  {OF JESUS} 
Christou  {CHRIST} Huiou {SON} tou Theou {OF GOD} 

       Tidak ada artikel digunakan pada kata archē  'permulaan'. Ada kemungkinan ini sebagai kepala tulisan atau judul paragraf tentang pelayanan Yohanes Pembaptis (RWP) atau bagi seluruh Injil Markus (Bruce). Pesch mengartikan kata 'permulaan' tersebut sebagai 'asas, titik awal yang menjadi dasar.' Ini adalah titik awal kabar baik (Injil) tentang Yesus Kristus, Anak Allah. Aleph 28, 255 tidak mencantumkan frase 'Anak Allah', tetapi B, D, L dan sebagian besar manuskrip mencantumkannya. Tidak perlu ada keraguan keaslian frase ini karena di beberapa bagian lain Markus juga menggunakan istilah "Anak Allah".

       Markus memberitahukan bahwa Yesus adalah “Anak Allah,” secara berulang-ulang.: (1) Pada saat Yesus dibaptis terdengarlah suara dari sorga: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.” (Mrk. 1:11); (2) Seseorang yang kerasukan roh jahat dengan keras berteriak: “Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi?” (Mrk. 5:7); (3) Pada saat transfigurasi terdengarlah suara: “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.” (Mrk. 9:7). Pesan tersebut muncul lagi dalam 14:61–62 dan 15:39. Markus sejak permulaan menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah.

       Pada saat Markus menulis, kata 'Injil' sudah menjadi istilah teknis yang mengacu pada pemberitaan tentang Yesus Kristus dan kuasa Allah yang menyelamatkan bagi semua orang percaya melalui Yesus Kristus (bnd. Rm. 1:16). Bentuk genitif pada frase dapat diterjemahkan baik sebagai subjektif genitif "Injil yang Yesus proklamirkan (nyatakan)" atau pun sebagi objektif genitif "Injil tentang Yesus Kristus". Secara gramatika keduanya mungkin. Ada kemungkinan juga ini adalah genitif paripurna (M. Zerwick, Biblical Greek, 36-39). Jika demikian, interaksi antara dua konsep ini dimaksudkan: Injil yang Yesus nyatakan (proklamasikan) adalah Injil tentang diri-Nya.

       Apakah Iēsou Christou “Yesus Kristus” adalah nama diri atau gelar? Terdapat perbedaan pendapat di antara para pakar Gnilka, Grundmann, Pesch, Schnackenburg, Orientierung, dan Taylor berpendapat bahwa Yesus Kristus adalah nama diri, sedangkan Cranfield, Dautzenberg, Lamarche, dan Lane berpendapat bahwa Kristus (Mesias) adalah gelar bagi Yesus. Dalam kumpulan tulisan Paulus nampaknya sudah terdapat penggunaan secara umum “Yesus Kristus” sebagai nama diri. Dalam Markus 9:41 menyiratkan bahwa “Kristus” adalah nama diri, sedangkan dalam Markus 8:29; 12:35; 13:21; 14:61 dan 15:32 menyatakan gelar bagi Yesus.